Laman

Rabu, 04 Mei 2011

PENERAPAN ERGONOMI DI DAPUR

KATA PENGANTAR


            Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas kebesaran dan ridhoNya kami dapat menulis dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penerapan Ergonomi di Dapur”. Sholawat dan salam tak lupa tercurahkan kepada nabi muhammad SAW, sebagai penuntun umat hingga akhir zaman.
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain sebagai tugas mata kuliah “Ergonomi dan Faal Kerja”, juga diharapkan mampu dijadikan wahana pelengkap khasanah keilmuan, baik bagi kami yang menulis maupun bagi pembaca yang berkenan membaca makalah sederhana ini.
            Dalam penulisan makalah ini kami berupaya semaksimal mungkin agar kesempurnaan makalah ini menjadi kenyataan. Namun pada kenyataanya masih banyak kelemahan dan kekurangan yang ada. Karena kami sadar akan pribahasa Tak ada gading yang tak retak”. Maka kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan demi perbaikan dimasa depan.
            Akhirnya, kami hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

                                                                                                  Indramayu, 21 Juni 2010

                                                                                                                Penulis

BAB I
PENDAHULUAN



A.  Latar Belakang
Penelitian dengan metode kuesioner terhadap responden di kawasan Surabaya menunjukkan bahwa 92% orang yang paling sering berkecimpung di dapur adalah perempuan (ibu). Sementara itu pergeseran pola hidup menyebabkan semakin banyak perempuan (ibu) bekerja. Pada kondisi keluarga seperti ini waktu ibu berkumpul bersama seluruh keluarga menjadi lebih sedikit. Keterbatasan waktu yang dimiliki ibu di rumah (terutama bagi ibu bekerja) seharusnya dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk membangun interaksi dalam keluarga. Akan tetapi kesibukan beraktivitas di dapur kadangkala menyebabkan interaksi itu tidak dapat berjalan optimal.
Hal ini dikarenakan sebagian besar dapur dibuat dengan konsep lama, yang berasumsi bahwa aktivitas di dapur sebaiknya tersembunyi di belakang, di ruang terpisah dari ruang utama. Dengan konsep ini, proses interaksi antara orang yang bertugas memasak dan anggota keluarga yang lain menjadi terhambat.
Makalah  ini bertujuan memberikan rekomendasi terhadap desain dapur yang interaktif sekaligus ergonomis, untuk diterapkan baik oleh industri maupun perorangan. Sebagai informasi, menurut hasil kuesioner sebesar 61% furniture dapur didesain sendiri oleh pemilik rumah, sehingga kemungkinan kaidah ergonomi terabaikan semakin besar.
Dapur dapat dioptimalkan fungsinya lebih dari sekedar tempat mempersiapkan makanan bagi keluarga, tetapi juga sebagai area yang dapat mengakomodir kebutuhan keluarga untuk berinteraksi, dengan tetap memperhatikan kaidah ergonomi.




Berdasarkan fakta tersebut diatas, sangat diperlukan pengkajian khusus yang membahas mengenai bagaimana desain dapur yang sesuai dengan kaidah ergonomic sekaligus dapat berinteraksi langsung dengan anggota keluarga tanpa meninggalkan dapur.
Disinilah, kemudian penulis merasa perlu untuk menggali referensi dari buku-buku maupun internet yang pembahasanya mengenai mengenai bagaimana desain dapur yang sesuai dengan kaidah ergonomic sekaligus dapat berinteraksi langsung dengan anggota keluarga tanpa meninggalkan dapur. Namun demikian, untuk mempersempit persoalan yang terkait dengan pembahasan yang begitu luas, maka kami membatasi pada rumusan masalah yang akan kami paparkan pada  item rumusan masalah di bawah ini.

B.   Rumusan Masalah
Sebagaimana kami kemukakan diatas, pada alasan penyempitan pembahasan makalah ini, maka untuk mempersempit pembahasan yang terlalu luas pada paparan makalah ini. Kami cofer pada perumusan makalah di bawah ini. Adapun yang akan kami bahas pada makalah ini meliputi : 
  1. Apa Permasalahan Dapur?
2.    Desain Ruang Dapur
3.    Tinggi Meja untuk Tempat  Kompor
4.    Tempat  Mencuci
5.    Zona penyimpanan
6.    Posisi Yaman Saat Memasak di Dapur
7.    Keamanan Kerja Di Dapur

A.   Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi dasar tujuan penulisan makalah pencemaran tanah ini meliputi tujuan akademik dan tujuan apliktif yaitu :
1)   Tujuan akademik, secara khusus penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ergonomi dan Faal Kerja” yang sebagai dosen pengajarnya adalah Bapak H.dr. Wigena Prawira. Dan secara umum pembuatan makalah ini dalam rangka memperluas khasanah keilmuan mengenai Penerapan Ergonomi.
2)   Tujuan aplikatif, mengingant dari mayoritas mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat khususnya semester IV (Emapt) masih kurang dalam keilmuan tentang Penerapan Ergonomi, sehingga diharapkan makalah ini sebagai bahan kajian para mahasiswa mengenai penerapan ergonomic di tempat-tempat lainya. juga  sebagai referensi keilmuan khususnya ilmu kesehatan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN



A.   Permasalahan
Selain permasalahan keterbatasan proses interaksi dalam desain dapur yang sudah ada sekarang, ada beberapa aspek dalam ergonomi yang belum dipenuhi, yaitu :
1.    Aspek Kesehatan
Ø  Ketinggian unit dapur yang dibeli secara built in, atau yang disediakan pihak pengembang perumahan biasanya dibuat seragam, yaitu 85 cm, sehingga orang yang berpostur lebih tinggi dari itu atau lebih pendek, jadi kurang nyaman dalam bekerja.
Ø  Tempat sampah sebagian besar tidak dibuat terpisah. Sebaiknya terdapat 2 tempat sampah, di mana satu tempat sampah untuk membuang kaleng, kertas, plastik (anorganik), sementara tempat sampah yang lain untuk membuang sampah organik.
Ø  Kompor dua tungku yang diletakkan begitu saja di atas meja menyebabkan tinggi penggorengan bertambah + 20 cm, yang menyebabkan proses menggoreng tidak terjadi dalam postur tubuh ideal.
2.    Aspek Kenyamanan
Ø  Pencahayaan perlu didesain sedemikian rupa, sehingga bagian yang paling lama digunakan mendapat pencahayaan terbesar.
Ø  Dapur yang ada saat ini belum dapat mengakomodir dengan baik kegiatan lain selain memasak, antara lain kegiatan berdiskusi dengan anak / anggota keluarga yang lain, mendapat hiburan, menerima telpon. Padahal dapur selain dapat berfungsi menjalin sosialisasi dengan anggota keluarga yang lain juga dapat digunakan sebagai wahana untuk melatih kreativitas anak.




3.    Aspek Keamanan
Yang masih perlu diperbaiki dari dapur yang ada saat ini adalah aspek keamanan dari kemungkinan terjadinya kebakaran
4.    Aspek Efisiensi
Desain workstation dapur yang meliputi sistem perletakan peralatan di dapur serta desain furniturnya seringkali kurang memperhatikan alur kerja, sehingga menyebabkan pekerjaan di dapur menjadi kurang efisien.

B.   Desain Ruang Dapur
Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam mendesain dapur adalah :
Menentukan perletakan tempat memasak, tempat mencuci dan tempat menyimpan, yang lebih dikenal dengan ”prinsip segitiga”. Prinsip ini menekankan agar antara ketiga fungsi (memasak – mencuci – menyimpan) tidak saling menghalangi namun jaraknya tidak terlalu jauh,
A.   Tinggi Meja untuk Tempat  Kompor
Dengan tinggi meja kerja atau kompor yang tidak sesuai menyebabkan ibu-ibu yang masak di dapur sering merasa cepat lelah, merasa sakit pada bahu dan lengan. Oleh karena lama berdiri mereka sering mengeluh sakit pinggang dan pegel pada kaki. Sebagai akibatnya hasil masakanyapun rasanya tidak maksimal atau kurang enak.
Menurut Gily Love (2005), ketinggian meja racik harus sama dengan tinggi pinggul, agar lengan tetap santai ketika sedang bekerja. Namun untuk pekerjaan yang lebih berat, sebaiknya menggunakan ketingian yang sedikit lebih rendah.



B.   Tempat  Mencuci
Berkenaan dengan aktivitas mencuci, Gilly Love (2005) merekomendasikan sink ganda daripada sink tunggal. Dengan sink ganda, piring bisa dicuci di satu sink dan dibilas di sink yang lain. Demikian pula saat mencuci bahan makanan, satu sink bisa digunakan untuk mencuci ikan sementara sink lain untuk mencuci sayuran.
Imelda Akmal (2005) memberikan rekomendasi pewujudan dapur yang aman pada area mencuci adalah sebagai berikut :
1.    Ketinggian bak cuci harus sesuai dengan pengguna sehingga tidak perlu membungkuk untuk menjangkau dasar bak. Tinggi bak cuci sebaiknya 70 – 80 cm dari lantai.
2.    Utilitas area cuci seperti pipa dan saluran pembuangan air harus sangat rapat, tidak bocor dan mengembun.

C.   Zona penyimpanan
Zona penyimpanan di sini selain meliput penyimpanan bahan makanan, juga penyimpanan alat-alat masak maupun makan/minum. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah jenis lemari yang dipakai. Lemari yang kerap dipakai adalah lemari pendingin yang menyatu dengan  freezer. Alat pendingin ini harus memiliki ventilasi yang cukup -baik di atas maupun belakang- agar bisa berfungsi dengan aman dan ekonomis (Love : 2005).

D.   Posisi Yaman Saat Memasak di Dapur
1)    Postur tubuh ideal saat mengiris .
Ukuran tinggi meja kerja untuk mengiris yang sesuai dengan postur tubuh berdasarkan antrophometri adalah 90 cm.
2)    Postur tubuh ideal saat mengulek
Ukuran tinggi meja untuk aktifitas menguleg yang sesuai denagn postur tubuh berdasarkan antrophometri adalah 70 cm ( min ). Tinngi meja lebih rendah
3)    Postur tubuh ideal saat memasak
ukuran tinngi meja kompor yang ideal dan sesuai dengan postur tubuh berdasarkan antrophometri adalah 70 cm, dengan tinggi tersebut posisi kompor tidak menumpang seperti biasa sehingga nantinya tinggi kompor kan sejajar dengan tinngi meja racik yang sesuai dengan posisi ideal postur tubuh.
4)    Postur tubuh ideal saat mencuci (teori)
ukuran tinggi meja sink yang sesuai dengan postur tubuh berdasarkan antrophometri adalah 90 cm sejajar dengan meja kompor dan meja racik.
5)    Pengaturan konfigurasi berdasarkan prioritas peralatan
prioritas penemptan peralatan dan konfigurasi dapur berdasarkan intesitas pemakaina dan pentingnya alat yang diambil dari data quisoner.

E.   Keamanan Kerja Di Dapur
1)    untuk penyimpanan benda tajam dan benda mudah pecah harus dibedakan dan di pisah.
2)    untuk keamanan pada area masak yaitu kemungkinan terjadinya kebakaran dan ledakan pada tabung gas LPG , maka penyimpanan tabung LPG sebaiknya jangan terlalu dekat dengan kompor dan harus ada saluran udara yang cukup.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


1.    Kesimpulan
kesimpulan mengenai konsep desain dapur harus interaktif dan ergonomis Interaktif yaitu :
1.    Desain dapur memungkinkan orang yang sedang memasak bisa melihat dengan mudah anggota keluarga yang lain.
2.    Desain dapur memungkinkan aktivitas makan bersama.
3.    Desain dapur memungkinkan untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, misalkan mengawasi anak.
4.    Meminimalkan posisi menghadap ke tembok untuk aktivitas di dapur agar bisa berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain.

2.    Saran
Prinsip ergonomi perlu selalu diperhatikan untuk mengurangi dampak negatif
pembangunan di hotel.



DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Imelda, 2005. “DAPUR - Seni Menata Rumah”, Gramedia - Jakarta.
Love, Gilly, 2005. “Membuat Dapur Idaman”, Gramedia - Jakarta.
Rose, Sue, 2003. “100 Ide Kreatif untuk Dapur”, Esensi – Erlangga.
http://www.astudio.id
http://www.kompas.com/wanita/news/0508/09/
http://www.sahabatnestle.co.id/HOMEV2/main/