Laman

Minggu, 27 November 2011

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue

 

Penyakit demam berdarah

         Demam Berdarah adalah salah satu penyakit infeksi yang serius dan  dikenal pula dengan sebutan DBD (Demam Berdarah Dengue).  Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Indrawan, 2001). Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Kristina, dkk, 2005).
Penyakit ini mulanya lebih sering menyerang anak-anak, dibanding orang dewasa ataupun kaum remaja. Tapi kini sudah merata, bisa menyerang siapa saja tanpa batasan usia (Indrawan, 2001).  Demam berdarah dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan 30% kasus dapat menyebabkan kematian (Sani, 1999).  Secara global di dunia dari 2 miliar orang sebanyak 100 juta terserang Demam berdarah dan  sebanyak 100.000 orang mengalami kematian di India DBD menjadi endemi di derah perkotaan maupun pedesaan (Gore, 2005).

Penyebab

          Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Menurut para ahli, virus dengue termasuk di dalam grup flavi virus dari famili Togaviridae Serotype (golongan protein darah). Virus ini ada empatb yaitu; DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di Indonesia antara lain di Jakarta dan Yogyakarta (Indrawan, 2001; Kristina, dkk, 2005).

Gejala

Tanda dan gejala demam dengue menurut Sani (1999) adalah :

1).  Panas tinggi
2).  Ingusan, batuk, mata merah
3).  Sakit kepala, sakit pada daerah sekitar mata, sakit pada tulang belakang, sakit di seluruh persendian dan otot
4).  Diare
5).  Kemerahan di kulit
6).  Depresi
7).  Muntah-muntah dan sakit pada daerah perut dalam 2-4 hari kemudian
8). Mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah di kulit (perdarahan) spontan di kulit, muntah darah, pengeluaran darah dari dubur (kotorannya lembek dan berwarna hitam).
Pada gejala dini demam dengue biasanya sama dengan gejala flu, sehingga sering kali menimbulkan kesalahan karena disangka flu.

Tatalaksana penyakit Demam Berdarah Dengue

Perjalanan penyakit DBD terbagi atas 3 fase (Satari, 2004):

1).  Fase demam yang berlangsung selama 2-7 hari
2).  Fase kritis/bocornya plasma yang berlangsung umumnya hanya 24-48 jam
3).  Fase penyembuhan (2-7 hari)

5.  Penularan

             Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Virus dengue dalam darah selama 4-7 hari mulai  1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk  temasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1  minggu  setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi eksentrik). Virus akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya (Dinas Kesehatan Propinsi Jateng, 2004).

          Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang. Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia (Kristina, dkk,  2005).

          Nyamuk Aedes (Stegomyia) betina biasanya akan terinfeksi virus dengue saat menghisap darah penderita yang berada pada fase demam (viremik) akut penyakit. Setelah masa eksentrik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infektif menggigit dan menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan mendadak penyakit itu, yang ditandai dengan demam, sakit kepala,  mialgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah, dan ruam kulit (Widyastuti, 2005).

Upaya pencegahan penyakit DBD

           Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu (Kristina, dkk, 2005; Soeparmanto, 2000):

a.   Lingkungan

    Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
Sebagai contoh:
1).  Menguras bak mandi/penampungan air, sekurang-kurangnya sekali seminggu.
2).  Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
3).  Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
4).  Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.

b.  Biologis

     Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

c.  Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan (Kristina, dkk, 2005):
1). Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
2).  Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
3).  Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala,  mengolesi tubuh dengan lotion anti nyamuk dan lain-lain.

7.    Derajat penyakit DBD

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat
a.  Derajat I        :   Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji      tourniquet.
b.  Derajat II         :   Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan cair.
c.  Derajat III        :   Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d.  Derajat IV         :   Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Adanya thrombositopenia disertai hemokonsentrasi membedakan DBD derajat I/ II dengan demam dengue. Pembagian derajat penyakit dapat juga dipergunakan untuk kasus dewasa.

Sabtu, 26 November 2011

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK

I.       Latar belakang masalah

1.      Terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah (NTB, NTT, Lampung, Banten)
2.      Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi dan selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat
3.      Penyebab kejadian gizi buruk :
a.       Kemiskinan
b.      Karena pola asuh yang tidak baik
c.       Adanya penyakit kronis
4.      Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan
5.      Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di Puskesmas/RS

II.     Tujuan 

         Umum :  menurunkan angka gizi buruk dari 8,5% menjadi 5% pada akhir 2009 (target RPJM 2005-2009)
Khusus :
1.      Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu
2.      Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS dan rumah tangga
3.      Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga miskin
4.      Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI)
5.      Memberikan suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita

III.    Strategi

1.      Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan
2.      Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan kelompok potensial lainnya.
3.      Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk
4.      Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)
5.      Menyediakan dan melakukan KIE
6.      Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk



IV.    Kegiatan

1.      Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyandu

§  Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR)
§  Orientasi kader
§  Menyediakan biaya operasional
§  Menyediakan materi KIE
§  Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A

2.      Tatalaksana kasus gizi buruk

§  Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmas/RS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)
§  Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmas/RS
§  Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan
§  Meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi buruk

3.      Pencegahan gizi buruk

§  Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang
§  Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyandu
§  Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan

4.      Surveilen gizi buruk

§  Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)
§  Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk
§  Pemantauan status gizi (PSG)

5.      Advokasi, sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi buruk

§  Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR, DPRD, pemda, LSM, dunia usaha dan masyarakat)
§  Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6.      Manajemen program:

§   Pelatihan petugas
§   Bimbingan teknis