Laman

Rabu, 04 Mei 2011

HAKEKAT MANUSIA DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF


HAKEKAT MANUSIA


1.    Pengertian Hakikat Manusia

Untuk memahami hakekat manusia berturut2 dibahas beberapa pengertian berdasarkan Pandangan berbagai agama, filsafat kuno maupun modern, terutama menurut pandangan filsafat Pancasila.Pandangan para pakar biologi, psikologi
1. Kepustakaan hindu (Ciwa) menyatakan bahwa atman manusia datang langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus menjadi penjelmaannya.
2. Kepustaan agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah mahluk samsara, merupakan wadah dari the absolute yang hidupnya penuh dengan kegelapan.
3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa, intisari dari semua mahluk yang memiliki kecerdasan.
4. Filosof Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya.
5. Tokoh Dunia Barat melanjutkan pendapat Plato & Aristoteles tentang hakekat kebaikan manusia yg selanjutnya bergeser ke pandangan humanistik yg menyatakan manusia merupakan kemenyuluruhan dari segala dimensinya. (1), Spinoza berpandangan pantheistik menyatakan hakekat manusia sama dengan Tuhan dan sama pula dengan hakekat alam semesta. (2), Voltaire mengatakan hakekat manusia sangat sulit untuk diketahui dan butuh waktu yang sangat panjang untuk mengungkapkannya.
6. Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk mono-dualis yang merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yg tak terpisahkan.
7. Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad, jasmani, atau wadag dengan segala perkembangannya. Pandangan ini dipelopori oleh Darwin dengan teori evolusinya.
8. Para ahli psikologi sebaliknya menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rokhani, jiwa atau psikhe.
9. Ahli teori konvergensi antara lain William Stern berpendapat bahwa hakekat manusia merupakan paduan antara jasmani dan rokhani.
10. Pandangan dari segi agama, Islam, Kristen, dan Katolik menolak pandangan hakekat manusia adalah jasmani dengan teori evolusi. Hakekat manusia adalah paduan menyeluruh antara akal, emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus menerus mencari kebenaran dan dianugerahi status sebagai khalifah Allah.
11. Pancasila memandang hakekat manusia memiliki sudut pandang yg monodualistik & monopluralistik, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, integralistik, kebersamaan dan kekeluargaan.

Pada sumber lain dikatakan bahwa hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a)    Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b)    Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c)    yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d)    Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e)    Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f)     Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g)    Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h)   Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.




2.  Hakekat Manusia Dalam perspektif Islam
1. Hakikat Manusia
Manusia menurut Allah adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari tanah liat kering dan diberikan ruh ke dalam jasad manusia ini dan makhluk yang dimuliakan atas segala ciptaanNya. Allah telah menurunkan Al Qur’an yang diantara ayat-ayatNya adalah gambaran tentang manusia.
Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan aspek kehidupan manusia, diantaranya:
1.1 Dari aspek historis, disebut dengan Bani Adam
“Hai bani Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Seunguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berlebih – lebihan”(QS 7:31)
1.2  Dari aspek biologis, disebut dengan Basyar
“Dan berkatalah pemuka – pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat(kelak) dan yang telah (Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia)(orang) ini tidak lain hanyalah manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan minum dari apa yang kamu minum”(QS 23:24)
1.3  Dari aspek kecerdasan, disebut dengan Insan
“Dia menciptakan manusia (insan).mengajarnya pandai berbicara”(QS 55:3-4)
1.4  Dari aspek sosiologis, disebut dengan An-Nas
“Wahai manusia(nas) sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS 2:21)
1.5 Dari aspek posisinya, disebut dengan Hamba
“Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka?jika Kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda ( kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali kepadanya”(QS 34:9)



Selain istilah-istilah itu ada juga sebutan bagi manusia sesuai dengan keadaannya.
1. Makhluuq (yang diciptakan)
Manusia merupakan makhluuq atau yang diciptakan dari tanah liat dan diberikan ruh ke dalamnya oleh Allah ke dunia ini dengan tujuan hanya untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan:
QS AL HIJR 28
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”
2.    Mukarram (yang dimuliakan)
Manusia merupakan makhluk yang juga dimuliakan. Buktinya adalah saat manusia pertama tercipta, seluruh malaikat disuruh bersujud kepadanya (bukan untuk menyembah). Hal ini tercantum dalam QS Al Hijr 29 :
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
3.    Mukhayyar (yang bebas memilih)
Manusia selain dimuliakan, juga diberikan kebebasan untuk memilih, memilih untuk beriman kepada Allah ataukah kafir terhadap Allah. Itu semua tergantung dari pengetahuan yang manusia miliki tapi sesungguhnya fitrah manusia adalah beriman kepada Allah.
4.    Majziy (yang mendapat balasan)
Sebagai konsekuensi menjadi makhluk yang memiliki kebebasan maka manusia juga merupakan makhluk yang kelak akan mendapat balasan di akherat. Balasan baik atau buruk, semuanya tergantung dari perbuatan-perbuatan yang manusia lakukan di dunia ini. Jika manusia itu berbuat baik maka di akherat akan mendapat balasan berupa surga tapi jika perbuatan selama di dunia adalah buruk maka manusia itu akan mendapat balasan berupa neraka.




3. Hakekat Manusia Dalam perspektif Kristen
Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu. (Kejadian 3:19)
Ada 2(dua) gambaran tentang hakikat manusia dalam Alkitab yang sangat terkenal dan keduanya tampak kontras. Pertama: manusia disebut sebagai citra, gambar atau rupa Allah (Kej 1:27), hampir menyerupai Allah penuh kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:5). Ini adalah suatu ungkapan yang meninggikan manusia. Kedua: manusia justru hanyalah debu tanah (Kej 2:7, Kej 3:19). Yang terakhir ini justru merendahkan manusia itu. Apa artinya kedua hal itu bagi kita?
Ketika kita merasa sedang sukses, kaya, pintar dan berkuasa baiklah kita menyadari hakikat kemanusiaan kita yang berasal dari tanah dan kembali ke tanah (sama seperti hewan dan tumbuhan lainnya). Betapa pun sukses, kaya, pintar dan berkuasanya kita hidup kita di dunia ini akan berakhir. Selain itu kita tidak membawa apa-apa ketika lahir dan juga tidak membawa apa-apa saat mati (1 Tim 6:7). Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur (1 Pet 1:24). Sebab itu kita harus rendah hati. Tidak ada gunanya menyombongkan diri di hadapan Allah apalagi sesama manusia.
Namun sebaliknya ketika sekarang hidup kita justru sedang terpuruk atau dalam keadaan miskin dan menderita, baiklah kita mengingat bahwa kita bukanlah sekadar debu tanah, namun manusia citra, gambar atau rupa Allah. Kita mulia dan berharga di mataNya (Yesaya 43:4). Sebab itu tidak ada alasan bagi kita merasa hina, terlalu rendah, dan lantas berputus asa. Walaupun orang lain mungkin saja menghina dan merendahkan diri kita, namun Allah tidak pernah melakukannya, sebab itu kita juga tidak boleh menghina diri kita dan sesama kita.
Gambaran manusia sebagai citra Allah dan debu tanah ini selanjutnya mau membantu kita memahami orang lain dengan wajar dan sepantasnya, setara atau sejajar dengan kita. Para penguasa, orang kaya, dan cendekiawan agar mengingat orang-orang kecil sebagai citra Allah, sehingga memperlakukannya dengan hormat. Sebaliknya orang-orang kecil agar mengingat para penguasa, orang kaya, dan cendekiawan itu sebagai debu tanah (sama seperti dia juga) sehingga tidak tergoda menyembahnya.